Jumat, 07 Januari 2011

wisata bahari n kesejahteraan masy

Wisata Bahari dan Kesejahteraan Rakyat Pesisir
Oleh : Kunto Prastowo | 09-Mei-2009, 00:23:10 WIB

KabarIndonesia - Suasana kota Manado, Sulawesi Utara, awal Mei lalu menunjukkan peningkatan aktivitas. Selain berbagai penyempurnaan sarana-prasarana pendukung dan penunjang pelaksanaan World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit 2009, wisatawan asing yang datang ke sana juga menunjukkan peningkatan. Perhelatan akbar Konferensi Kelautan Dunia yang berlangsung 11-15 Mei ini ternyata mengundang para wisatawan mancanegara untuk datang ke Manado. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, hingga Maret lalu tercatat kunjungan wisatawan asing meningkat hingga 33,49 persen. Seperti diungkapkan oleh Kepala BPS Sulawesi Utara, Jasa Bangun, Senin (4/5), data kunjungan turis asing hingga Maret 2009 mencapai 2.013 orang dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga Mei ini. Bila menengok data periode sama tahun 2008 silam, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke sana tercatat 1.508 orang.

Wisatawan asing yang mendominasi kunjungan ke Manado berasal dari Malaysia sebesar 612 orang, Jerman 197 orang, dan Amerika Serikat 131 orang. Sisanya dari berbagai negara di dunia ini. Peningkatan ini disebutkan Jasa Bangun sebagai salah satu bukti keberhasilan Manado sebagai penyelenggara WOC dan CTI Summit 2009. Promosi penyelenggaraan even kelautan terbesar di dunia itu dinilai beberapa pihak telah berhasil menyedot animo masyarakat dunia untuk datang ke Manado khususnya dan Indonesia pada umumnya. Para wisatawan mancanegara itu membuktikan sendiri betapa keindahan alam terutama laut di Manado maupun berbagai daerah lain di negeri ini. Penyelenggaraan WOC dan CTI Summit 2009 yang diikuti sekitar 4.500 orang dari 121 negara ini tentunya membawa dampak positif bagi dunia pariwisata lokal maupun nasional pada umumnya. Manado sendiri sudah mempersiapkan even ini secara khusus sejak dua tahun silam. Kota Nyiur Melambai ini tengah mempersiapkan diri menuju “Kota Pariwisata Dunia 2010”. Tekad ini tentu bukanlah main-main.

Betapa Manado dengan keindahan alamnya, terutama laut dan segala yang ada di dalamnya menjadikan mereka pantas bertekad untuk menjadikan destinasi wisata dunia pada tahun 2010. Ditambah lagi pada 12-20 Agustus mendatang akan diadakan even bahari berupa SAIL BUNAKEN 2009. Agenda ini digawangi oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, Propinsi Sulawesi Utara, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut ini dikabarkan akan diikuti oleh 40 kapal perang asing. Selain itu, kapal perang asing tersebut nantinya direncanakan akan membawa sekitar 5000 orang perwira mereka. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, SAIL BUNAKEN 2009 ini merupakan puncak acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-64. Acaranya nanti terdiri dari parade angkatan laut (fleet review), perahu layar (sailing pass), cultural show, gala dinner hingga kirab kota. Even ini juga merupakan kelanjutan dari WOC dan CTI Summit 2009.  Sekretaris Jenderal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Wardiyatmo mengharapkan pelaksanaan WOC dan CTI Summit 2009 maupun SAIL BUNAKEN 2009 bisa mengangkat wisata bahari Indonesia. Even internasional bidang kelautan tersebut juga merupakan salah satu strategi dalam rangka meningkatkan promosi wisata bahari di sini.

Meskipun United Nations World Tourism Oganization (UNWTO/Organisasi Pengelola Pariwisata Dunia) telah memprediksikan akan terjadi penurunan kunjungan wisatawan duna sebesar dua persen pada tahun 2009 ini. Perkiraan tersebut muncul dilandasi masih belum pulihnya perekonomian dunia akibat krisis keuangan dunia. Kondisi tersebut tentunya menjadikan negara-negara yang selama ini menjadi destinasi wisata dunia untuk berbenah dan semakin menata pariwisatanya agar lebih menarik wisatawan asing berkunjung ke daerahnya. Tingkat ‘kompetisi’ bisnis wisata dunia tentu akan semakin sengit, dan karenanya butuh sebuah blue print parisata nasional yang baik dan lebih menonjolkan ke-Indonesia-annya.

Wisata bahari di Indonesia seharusnya sudah bisa tumbuh lebih hebat dari sekarang ini. Apalagi dengan kekayaan alam yang begitu melimpah ruah dan masih asri dan jarang ditemui di belahan dunia lain menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan wisata favorit dunia. Dengan 17.508 pulau yang tersebar di seluruh Nusantara, potensi sektor wisata demikian terbuka lebar. Negeri ini juga dikenal memiliki panjang pantai nomor dua di dunia setelah Kanada. Panjang garis pantai Indonesia sekitar 81 ribu kilometer. Tak jarang pantai tersebut menyajikan pemandangan pasir putih yang masih asri ditambah hamparan birunya laut dan juga eksotiknya pemandangan flora-fauna sekitarnya. Indonesia juga dikenal mempunyai keanekaragaman hayati yang tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. Hal ini tentunya merupakan kekayaan tersendiri dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia. Potensi wisata bahari Indonesia terdiri dari taman nasional laut, taman wisata laut, suaka alam laut, suaka margasatwa laut, dan situs tinggalan budaya bawah air yang tersebar di wilayah seluas 5,6 juta hektar di seluruh Indonesia.

Dengan potensi ini diharapkan bisa menjadi keunggulan tersendiri bagi negeri ini untuk mengatasi kelesuan ataupun penurunan kunjungan wisata dunia seperti yang diprediksikan UNWTO.   Potensi Segitiga Terumbu Karang Seperti yang diungkapkan majalah ini edisi sebelumnya, selain WOC yang melahirkan Manado Ocean Declaration (MOD), dunia juga berharap pada CTI Summit yang juga menghasilkan CTI Leader Declaration dan CTI Regional Plan of Action. Keduanya diperuntukkan agar segitiga terumbu karang yang melewati enam negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste) bisa lestari. Segitiga terumbu karang terluas di dunia itu merupakan aset penting yang harus dilestarikan.  Segitiga terumbu karang yang kerap disebut dengan “The Amazon of The Seas” yang memiliki luas sekitar 75.000 kilometer persegi itu merupakan terdapat sekitar 500 jenis terumbu karang. Di sana juga tempat berlindung sekitar 3000 spesies ikan dengan perputaran ekonomi sebesar 2,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun. Terumbu karang yang begitu hebat potensinya tersebut terancam oleh penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab. Diantara nelayan ada yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak maupun racun potassium-sianida yang bersifat destruktif.

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pesisir, Pantai, dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan dapat digambarkan bahwa kondisi riil terumbu karang Indonesia saat ini 41,78 persen kondisinya rusak, 28,30 persen sedang, dan 23,72 persen baik. Kondisi sangat baik hanya sekitar 6,20 persen saja. Kerugian akibat rusaknya terumbu karang sekitar 100 ribu dolar per kilometer perseginya selama 20 tahun. Indonesia diprediksikan telah mengalami kerugian sekitar 8,5 miliar dolar AS karena terumbu karangnya rusak. Pelestarian terumbu karang yang diinisiatifi Indonesia ini juga didukung negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia. Mereka juga mendukung secara finansial. Kedua negara tersebut berkomitmen untuk mendanai sebesar 280 juta dolar Amerika Serikat. Pendanaan ini berpotensi akan bertambah lagi. Keenam negara yang masuk dalam segitiga terumbu karang terbesar itu pun juga memiliki semangat yang sama. Mereka berusaha untuk melestarikannya karena sebagian besar penduduk mereka tergantung pada kelestarian terumbu karang itu.

Di samping itu, terumbu karang juga disebut-sebut sebagai penyedia pangan juga. Dengan demikian harapan laut sebagai salah satu elemen ketahanan pangan bisa tercapai di sini. Bagi penduduk pesisir, kelestarian terumbu karang akan begitu membantu mereka dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Mereka bisa memperoleh ikan maupun membudidayakan ikan dan komoditi laut lain yang ramah terhadap terumbu karang. Misalnya saja budidaya rumput laut.  Secara perekonomian, kegiatan budidaya ini begitu menguntungkan bagi masyarakat pesisir. Selain itu, terumbu karang yang terjaga kelestariannya akan menjadikan spesies ikan maupun hewan langka lainnya tetap terjaga. Tidak hanya itu, keindahan alam bawah laut akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Destinasi wisata bahari pun diproyeksikan akan mengalami peningkatan jumlah tempatnya. Artinya, daerah-daerah yang selama ini masih belum dipandang sebagai tujuan wisata bahari ke depan setelah ada pembangunan sarana dan prasarana serta terjaganya ekosistem laut termasuk terumbu karangnya menjadikan daerah itu masuk menjadi destinasi wisata. Penduduk pesisir akhirnya bisa merasakan manfaat ekonomi ketika daerahnya menjadi tujuan wisata. Mereka bisa menjadi diving guide (pemandu wisata selam) maupun menyediakan penginapan dan cendera mata khas daerahnya. Secara ekonomi tentunya ini akan sangat membantu mereka. Belum lagi program pemerintah untuk mendukung perekonomian mereka. Sebagaimana pernah diinformasikan di majalah ini edisi sebelumnya, pemerintah terus berupaya untuk menyejahterakan masyarakat pesisir. Setelah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang diluncurkan Departemen Kelautan dan Perikanan, beberapa waktu lalu pemerintah kembali meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) Kelautan dan Perikanan. Program ini diharapkan bisa membantu perekonomian masyarakat pesisir dan menyejahterakan mereka. Nah, tentunya program-program tersebut saling melengkapi dari program-program lainnya yang terlebih dahulu ada. Di samping itu bila dampak WOC dan CTI Summit 2009 bisa benar-benar dirasakan masyarakat pesisir tentunya mereka akan lebih sejahtera lagi. Secara nasional, program pengembangan pariwisata bahari di Indonesia pun akan semakin baik lagi dan devisa nasional dari sektor pariwisata akan semakin meningkat lagi. (KP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar